Thursday, April 11, 2013

Korupsinya Pramubakti

Indonesia dikejutkan dengan kegiatan "penembakan" di LP Cebongan, yang dilakukan oleh satuan tertentu dari militer. Ada yang pro ada yang kontra, dan belakangan ini menjurus kepada isu pembasmian preman. Sebagai orang yang sangat tidak menyukai preman, saya setuju dengan dorongan masyarakat untuk menghilangkan segala praktek premanisme. Namun tahukah kita, bahwa premanisme di Indonesia berwujud dalam berbagai bentuk. Saya ingin membicarakan premanisme yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil.

Para PNS pada tiap strata/tingkatannya telah melakukan  bentuk-bentuk premanisme yang berbentuk pada pemerasan uang negara. Kata lain dari premanisme jenis ini adalah korupsi. Hebatnya lagi, bentuk premanisme (korupsi) dilakukan oleh para PNS, tanpa memandang jabatan, atau pun golongan pegawai negeri sipil.

Mari kita lihat strata yang paling bawah. Golongan terendah, yang bertugas melayani kegiatan kantor, sebut saja pramubakti, telah melakukan praktek-praktek premanisme dalam aktivitas perkantorannya. Salah satu bentuk dari korupsi atau premanisme di tingkat ini adalah: tidak bekerja jika tidak mendapatkan uang tip. Untuk meminta seorang pramubakti membersihkan ruangan rapat, atasan harus merelakan beberapa ribu rupiah, hingga pramubakti mau melakukan tugasnya yang sudah mendapatkan gaji dari negara.

Praktek berikutnya adalah penggandaan dokumen, untuk membuat seorang pramubakti mau melakukan tugasnya menggandakan dokumen, pramubakti memerlukan insentif tertentu pula. Juga ketika dimintai tolong untuk menghantarkan atau mengedarkan surat, apalagi jika surat tersebut berimplikasi moneter (ada nilai uangnya), seperti tanda tangan absensi atau pun pemberian honorrarium. Kadang seorang pramubakti, atau pun kurir, berdiri tak bergerak, hingga penerima surat atau honorarium memberikan sekedar 'uang gula-gula'.

Lalu apakah segala bentuk penggajian yang selama ini diterapkan memang tidak layak. Apa pun namanya, apakah itu remunerasi atau merit system atau apa pun juga, selama masih ada peluang dan ketiadaan rasa malu, niscaya premanisme (baca: korupsi), masih akan ada.

Pembahasan korupsi pada tingkat-tingkat berikutnya akan saya sampaikan pada tulisan selanjutnya.

No comments:

Post a Comment